Jumat, 17 Desember 2010

BIOS


BIOS singkatan dari Basic Input Output System. Suatu program kecil yang terletak di chip motherboard berguna untuk mengatur dan mengontrol hardware komputer sebelum sistem operasi diload.
BIOS berfungsi membangunkan atau menfungsikan setiap hardware yang terdapat di dalam komputer, seperti motherboard, prosessor, RAM, dll. Setelah itu, BIOS akan melakukan pembagian resource sehingga setiap perangkat keras (hardware) akan dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya. Kemudian BIOS akan membimbing komputer untuk melakukan rangkaian tes hardware dan melakukan proses boot sebelum akhirnya memanggil BOOTLOADER (program yang dapat menjalankan sistem operasi) yang akan memanggil sistem operasi yang digunakan, apakah itu Windows, DOS, OS/2, Linux, Unix, atau lainnya.
BIOS adalah satu chip yang mempunyai data mengenai keperluan proses bagi proses komputer, contoh : Harddisk, CD, CPU dan RAM perlu dikenal terlebih dahulu sebelum data tersebut disimpan pada BIOS. Kerja-kerja ini akan dilakukan oleh BIOS. BIOS disimpan di dalam suatu chip di motherboard.
Pada motherboard jenis lama, BIOS disimpan di dalam EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory). BIOS yang disimpan dalam chip ini tidak dapat diupgrade atau diganti isinya, sehingga disebut dengan ROM (read only memory). Oleh karena itu, ROM dan BIOS sangatlah berkaitan, maka chip ini juga disebut ROM BIOS. ROM merupakan hardware dan BIOS adalah software, maka ROM BIOS diberi istilah Firmware.
Motherboard yang lebih baru menggunakan jenis chip BIOS EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) atau FLASH ROM. Kedua jenis chip ROM ini dapat diganti isinya dengan menggunakan tegangan tertentu pada motherboard sehingga isi BIOS dapat diupgrade dengan menggunakan software khusus.
Jika komputer berjalan lancar dan tidak mengalami masalah, upgrade BIOS tidak perlu dilakukan. Beberapa hal yang menyebabkan BIOS harus diupgrade, antara lain :

  • Ketika komputer dinyalakan, tiba-tiba berhenti sebelum masuk sistem operasi.
    Komputer sudah cukup lama, dan memasang hardware baru yang tidak terdeteksi dengan baik, misalnya ganti Processor baru dan BIOS belum mengenali processor tersebut.
  • BIOS rusak, baik ditunjukkan dengan adanya pesan ataupun tidak. Misalnya invalid BIOS, BIOS corrupted dsb.
  • BIOS gagal mendeteksi hardware, seperti hardiks, CD-ROM, VGA dan lainnya
  • Ingin mengoptimalkan kinerja komputer (hardware)
  • Adanya recomendasi dari vendor Motherboard

Jika BIOS di komputer rusak, maka otomatis tidak bisa menjalankan Sistem operasi. Beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan BIOS antara lain :
  • Mematikan komputer tanpa shutdown, atau listrik tiba-tiba mati (tanpa UPS)
  • Terkena Virus
  • Kesalahan meng-upgrade BIOS. Misalnya komputer mati ketika proses upgrade, BIOS tidak cocok dengan jenis motherboard dll.

Kesalahan dalam proses upgrade dari BIOS akan menyebabkan sistem komputer tidak akan bisa diakses. Untuk mencegah BIOS corruption, maka beberapa motherboard yang baru memiliki backup BIOS (“Dual BIOS” boards). Meskipun demikian, banyak BIOS yang memiliki “boot block” dimana bagian ini adalah bagian dari ROM yang berjalan pada saat pertama kali dan tetap tidak bisa diupdate. Kode dalam boot block ini akan memastikan sisa BIOS block lainnya melalui prosedur checksum, hash dan lain sebagainya, sebelum loncat ke block tersebut. Jika boot block mendeteksi adanya kerusakan atau corruption, maka dia akan melakukan booting melalui floppy disk sehingga user dapat melakukan flashing lagi dengan image yang lebih bagus. Beberapa pembuat hardware seringkali mengeluarkan update BIOS untuk mengupdate dan upgrade produk mereka dan juga menghilangkan bug yang ada.
Di pasaran ada banyak sekali perusahaan komputer yang mengeluarkan produk BIOS, antara lain: AWARD BIOS, PHOENIX BIOS, AMIBIOS, compaq, IBM Aptivas dan Thinkpads, dll.


Konfigurasi BIOS dan Langkah-langkah POST


Setelah proses perakitan komputer selesai dan sebelum melakukan instalasi System Operasi, maka terlebih dahulu dilakukan konfigurasi BIOS. BIOS (Basic Input Output System) merupakan langkah awal proses pengandalian komputer.
Untuk mengetahui konfigurasi BIOS maka ikutilah langkah-langkah berkut ini, jika komputer sudah dirakit maka segera hidupkan komputer untuk memulai proses booting. Mouse, keyboard harus terpasang terlebih dahulu.
1.        Tekan tombol del pada keyboard. Sebagian besar komputer untuk masuk ke menu BIOS menekan tombol del.
2.        Masuk BIOS. Motherboard yang digunakan disini adalah AwardBIOS. Jadi langkah-langkah berikut ini disusun berdasarkan AwardBIOS. Pengaturan untuk jenis BIOS lainnya kurang lebih sama. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengeset waktu yang akan digunakan oleh sistem komputer. Aturlah melalui menu [Main] [System Time]. Untuk mengubahnya, gunakan tombol [+], [-] dan tombol [Tab] pada keyboard.
3.        Selanjutnya, dengan cara yang sama, ubahlah tanggal pada sistem komputer melalui menu [System Date]
4.        Setelah mengeset waktu dan tanggal dari sistem, pasang password BIOS agar orang lain tidak dapat mengubah setelan BIOS yang dibuat (optional). Caranya, pilih menu [Supervisor Password], lalu tekan tombol [+] pada kibor. Selanjutnya, masukkan password pada boks Enter Password, lalu klik [Enter]. Masukkan kembali password pada boks Confirm Password, kemudian kembali klik [Enter]. Status opsi Supervisor Password menjadi Enabled.
5.        Bila PC akan dipakai beramai-ramai, user password bisa diset untuk masing-masing pengguna. Manfaatkan menu [User Password]. Cara mengesetnya sama dengan pengaturan pada supervisor password.
6.        Buka menu [Advanced] dengan menekan tombol [‡] (arah panah ke kanan) pada keyboard, lalu pilih [I/O Device Configuration] kemudian [Enter].
7.        Di sini dapat diatur penggunaan fitur onboard pada motherboard. Misalnya, bila menggunakan kartu suara dan modem yang bukan on-board, ubahlah opsi [Onboard AC97 Audio Controller] dan [Onboard AC97 Modem Controller] menjadi [Disabled] dengan menekan tombol [+] pada keyboard. Selanjutnya klik [Esc] untuk kembali ke menu [Advanced].
8.        Pilih opsi [PCI Configuration] lalu tekan [Enter]. Kemudian agar slot USB berfungsi, set opsi [USB Function] menjadi [Enabled]. Jika belum, ubah dengan menekan tombol [+]. Jika sudah, kembali ke menu [Advanced] dengan menekan tombol [Esc].
9.        Pengubahan manajemen penggunaan listrik dari komputer bisa dilakukan melalui menu [Power] dengan menekan tombol [+]. Namun untuk mudahnya, tak perlu mengubah hal apa pun dalam pengaturan ini.
10.    Selanjutnya buka menu [Boot]. Untuk memudahkan penginstalan sistem operasi yang akan dilakukan setelah ini, ubah pola boot dari PC. Set CD ROM sebagai boot device pertama, kemudian hard disk sebagai boot device ke dua dan floopy boot device ke tiga, dengan menggunakan tombol [+] atau [-]. Gunanya, agar tiap kali booting, komputer mencari adanya sistem operasi di CD-ROM dulu, baru kemudian hard disk, dan floopy.
11.    Masukkan CD instalasi Windows XP ke CD-ROM drive. Setelah itu, pilih menu [Exit] [Exit Saving Changes] untuk keluar dari BIOS dan menyimpan pengaturan yang  baru dibuat. Selanjutnya komputer akan restart. Jika user password diaktifkan, maka akan muncul bok password. Isi password tersebut agar komputer dapat melanjutkan proses booting.

Saat komputer di hidupkan akan membaca BIOS untuk melakukan POST. POST (Power On Self Test) adalah proses pemeriksaan komponen-komponen PC pada saat komputer melakukan cold boot (ketika baru dinyalakan atau setelah kita tekan tombol reset), dalam proses ini yang akan di periksa antara lain integritas memori, kesiapan card-card, dsb. Pengujian proses POST ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh system berjalan dengan normal dan tidak terjadi kerusakan hardware. Bila pada proses ini ditemukan kesalahan, maka speaker akan langsung mengeluarkan bunyi beep tertentu.
Secara umum proses dan prosedur yang dilakukan dalam POST pada semua produk motherboard sama. Terdapat beberapa perbedaan yang menjadikan ciri dari produk motherboard tertentu, tetapi pada dasarnya tetap sama.
Adapun urutan prosedur POST adalah sebagai berikut :
1.        Test Power Supply ditandai dengan lampu power hidup dan kipas pendingin power supply berputar.
2.        Secara otomatis dilakukan reset terhadap kerja CPU oleh sinyal power good yang dihasilkan oleh power supply jika dalam kondisi baik pada saat dihidupkan, kemudian CPU mulai melaksanakan instruksi awal pada ROM BIOS dan selanjutnya.
3.        Pengecekkan terhadap BIOS dan isinya. BIOS harus dapat dibaca. Instruksi awal ROM BIOS adalah jump (lompat) ke alamat program POST.
4.        Pengecekkan terhadap CMOS, CMOS harus dapat bekerja dengan baik. Program POST diawali dengan membaca data setup (seting hardware awal) pada RAM CMOS setup, sebagai data acuan untuk pengecekan.
5.        Melakukan pengecekkan CPU, timer (pewaktuan), kendali memori akses langsung, memory bus dan memory module.
a)      Tes CPU: interupsi ditutup, pengetesan flag internal, dan pengetesan register internal
b)      Test checksum ROM BIOS: pengetesan checksum ROM BIOS. Hasil checksum LSB harus nol.
c)      Tes Timer 1: Timer 1 8253 diprogram pada operasi mode 2, pengecekan pada akses dasar pencacah, pengecekan pada pencacah.
d)     Tes DMAC: pengetesan pada semua saluran register alamat dan register pencacah DMA, inisialisasi saluran 0 DMA, inisialisasi timer 1, memulai siklus memori refresh.
e)      Tes 16 KB DRAM: pengetesan pada 5 pattern yang berbeda AAH, 55H, FFH, 01H, 00H tulis dan baca kembali.
f)       Inisialisasi Interrupt controller: control word dikirim untuk inisialisasi mode interrupsi, pengesetan vector interupsi di memori.
g)      Tes Interrupt controller: seting dan pengesetan ulang register interupsi, menempat-kan stack-stack kesalahan interupsi.
h)      Inisialisasi Timer 0: timer 0 diinisialisasi pada operasi mode 3, cek timer 0.
i)        Tes CRT controller: inisialisasi CRT controller, test RAM video, cek sebagian parity error, setup mode video melalui pembacaan konfigura-si, pengujian pewaktuan dan signal sinkronisasi gambar.
j)        Tes DRAM di atas 16KB: pengetesan pada 5 pattern yang berbeda AAH, 55H, FFH, 01H, 00H tulis dan baca kembali, jika ada kesalahan akan ditampil-kan alamat kesalahan dan data di layar.
6.        Pengecekkan I/O controller dan bus controller. Controller tersebut harus dapat bekerja untuk mengontrol proses read/write data. Termasuk I/O untuk VGA card yang terhubung dengan monitor.
a)      Tes Keyboard: cek keyboard dengan kondisi keyboard reset, cek penekanan kunci pada keyboard.
b)      Tes Disk drive: cek semua card adapter disket dan disk drive yang terpasang, POST memanggil sistem operasi dari disk.



BIOS SOFTWARE


BIOS ROM memiliki built-in program setup yang memungkinkan pengguna untuk memodifikasi dasar sistem konfigurasi. Informasi ini disimpan dalam CMOS RAM sehingga dapat menyimpan informasi setup, bahkan ketika power dimatikan. Ketika reboot sistem, tekan tombol Delete untuk masuk ke dalam program setup BIOS. Pilih item yang diinginkan dan tekan enter untuk membuat perubahan.
Walaupun di pasaran terdapat beberapa produk BIOS, namun pada dasarnya program setup BIOS tiap produk adalah sama. Yang membedakan produk satu dengan produk yang lain adalah kode beep apabila ditemukan permasalahan saat melakukan POST.
Berikut tampilan program setup BIOS untuk beberapa produk BIOS:

1.      PHOENIX BIOS

2.      AMIBIOS




3.      AWARD BIOS


Berikut ini penjelasan masing daftar menu dan fungsi yang tersedia dalam program setup yang mengacu pada AWARD BIOS.

STANDARD CMOS SETUP
--> untuk mengkonfigurasi komponen sistem seperti : hard disk drive, floppy disk drive dan menampilkan video serta tanggal, waktu dan bootup kesalahan sinyal. Menu konfigurasi ini harus diubah bila memasang mainboard untuk pertama kalinya, perubahan hardware di system seperti HDD, FDD, menampilkan video, atau ketika CMOS data telah hilang atau terkontaminasi. 
1.        Date/Time
Digunakan untuk mengatur  tanggal dan waktu, berfungsi sebagai settingan awal / default  waktu untuk setiap kegiatan yang dilakukan, seperti sebagai manajemen daya, menyimpan file, dll didasarkan pada timer ini.
2.        Hard Disk Setup (Primary/Secondary; Master/Slave)
Kategori ini mengidentifikasi sampai empat hard disk IDE yang telah diinstal di komputer. Bagian ini tidak menunjukkan informasi pada perangkat IDE lain seperti CD-ROM drive atau tipe hard drive lain seperti drive SCSI.
a.       Type (Auto/User/None)
Bidang di bawah kolom Type menentukan metode yang akan dipergunakan untuk mengkonfigurasi perangkat IDE. Jika memilih Otomatis, BIOS akan secara otomatis mendeteksi dan melakukan setting optimal untuk IDE hard drive, akan tetapi disarankan memilih Auto untuk semua drive.
Jika pengguna memilih untuk menentukan tipe drive secara manual, maka nilai-nilai yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini harus dimasukkan ke bidang masing-masing parameter drive.
TYPE
Setting method
CYLS
Number of cylinders
HEAD
Number of heads
PRECOMP
Write precompensation cylinder
LANDZ
Landing zone
SECTOR
Number of sectors
MODE
Mode type
Hard disk drive parameter
b.      Cyls/Head/Sector
: jumlah Cylinders, Heads, dan Sectors biasanya dapat ditemukan tertulis di atas hard disk. Jika hard drive relatif baru, masuk ke informasi ini, biasanya cukup untuk operasi normal hard disk. Harddisk tidak akan bekerja dengan baik jika informasi yang dimasukkan untuk kategori ini tidak benar.
c.       Precomp
: hard drive yang lebih tua (yaitu, MFM atau RLL drive) memiliki jumlah yang sama pada sector per track pada trek terluar. Dengan demikian, kepadatan data di trek terdalam lebih tinggi dan bit berbaring berdekatan. Bahkan meskipun ukuran fisik sektor semakin kecil karena diameter lagu berkurang, masing-masing sektor masih harus tetap berada pada 512 byte.
d.      Landz
Digunakan untuk mendefinisikan alamat dari zona pendaratan dan hanya digunakan untuk hard drive yang lebih tua yang tidak memiliki fitur auto-parking.
e.       Mode
Jika nilai Tipe tidak ada untuk perangkat apapun, maka nilai Mode untuk perangkat tersebut harus diatur. Ada empat nilai yang berbeda Mode:
-       Auto       :  BIOS mendeteksi dan memasuki tipe drive IDE saat bootup.
-       Normal : untuk drive IDE yang memenuhi spesifikasi IDE lama yang mendukung kapasitas maksimum 528MB (1024 cylinders, 16 heads, and 63 sectors).
-       Large    : untuk drive IDE yang tidak mendukung LBA dan memiliki lebih dari 1024 silinder.
-       LBA           : dengan LBA, pengendali IDE mengubah alamat data yang digambarkan oleh sektor, head, dan nomor silinder ke alamat blok fisik, secara signifikan meningkatkan kecepatan transfer data. Protokol ini merupakan standar umum saat ini.
Pilih None untuk Type jika tidak ada IDE HDD perangkat dalam sistem. Gunakan IDE HDD Auto Detection yang berfungsi otomatis untuk mendeteksi hard drive parameter. Penggunakan fungsi ini secara otomatis akan memasukkan parameter yang dibahas dalam Setup Hard Disk dan akan menunjukkan Pengguna untuk nilai field.
3.        Floppy Disk Drives
Digunakan untuk memilih kapasitas memori dan ukuran disk yang sesuai dengan floppy disk drive (s).
4.        Video
Digunakan untuk memilih jenis video adaptor present di sistem. Jika menggunakan monitor VGA, setelan ini dapat diabaikan karena VGA BIOS secara otomatis akan mengkonfigurasi pengaturan ini.
5.        Halt
Ketika sistem dinyalakan, BIOS melakukan serangkaian tes diagnotic disebut POST (Power On Self Test). Fungsi ini menghentikan booting komputer jika BIOS mendeteksi hardware error.

BIOS FEATURES SETUP
-->berisi manufacturer's default values untuk mainboard.

1.      Anti-virus Protection : untuk memilih fitur Peringatan VIRUS untuk IDE Hard Disk boot sektor perlindungan.
2.    CPU Internal Cache/External Cache : Kedua kategori mempercepat akses memori. Namun, tergantung pada CPU / desain chipset.
3.    CPU L2 Cache ECC Checking : untuk mengaktifkan/menonaktifkan CPU L2 Cache ECC Cheking
4.    BOOT UP FEATURES : Setelah menyalakan sistem, BIOS akan melakukan serangkaian inisialisasi perangkat dan tes diagnostik dibahas di bawah ini.
-          Quick Power On Self Test (POST) : mempercepat Power On Self Test (POST) setelah komputer menyala. Jika diatur ke Aktifkan, BIOS akan memperpendek atau melewatkan beberapa item cek selama POST.
-          Boot Sequence : menentukan urutan drive, BIOS mencoba untuk boot setelah POST selesai. BIOS akan mencari drive ini untuk sistem operasi. BIOS mencoba untuk memuat sistem operasi dari perangkat di urutan dipilih dalam item ini. Pilihan: Floppy, LS / ZIP, HDD, SCSI, CDROM, disabled.
-          Swap Floppy Drive : Mengaktifkan fungsi ini akan penugasan swap floppy drive sehingga drive A akan berfungsi sebagai drive B, dan drive B akan berfungsi sebagai Catatan drive A.
-          Boot Up Floppy Seek : digunakan untuk mencari disk drive saat boot. Menonaktifkan kecepatan boot.
-          Boot Up NumLock Status : Fungsi ini mendefinisikan numberpad keyboard sebagai tombol angka atau tombol panah.
5.      Typematic Rate Setting : Bila diaktifkan, dapat mengatur dua item berikut mengontrol typematic. Ketika Disable, penekanan tombol ditentukan sewenang-wenang oleh pengendali keyboard pada system.
6.    Typematic Rate (Chars/Sec) : Tingkat typematic menetapkan tingkat di mana karakter pada layar terulang ketika tombol ditekan dan ditahan kebawah.
7.    Typematic Delay (Msec) : Mengatur waktu tunda setelah tombol ditekan sebelum mulai mengulangi keystroke.
8.    Security Option : Pilih apakah password diperlukan setiap kali sistem boot atau hanya ketika anda masuk setup.
System
Sistem tidak akan boot dan akses ke Setup akan ditolak jika password yang benar tidak dimasukkan pada prompt.
Setup
Sistem akan boot, tetapi akses ke Setup akan ditolak jika password yang benar tidak dimasukkan pada prompt.

9.      PCI/VGA Palette Snoop : Beberapa kartu VGA non-standar atau kartu video MPEG mungkin tidak menunjukkan warna dengan benar. Pengaturan fungsi ini ke Enable dapat memperbaiki masalah ini.
10.  OS Select (For DRAM > 64MB): Jika sistem DRAM lebih besar dari 64MB dan OS/2 dijalankan, maka pilih OS / 2 sebagai nilai item. Jika tidak, set nilai item untuk Non-OS / 2 untuk semua sistem operasi yang lainnya.
11.  Shadow memory : Perangkat lunak seperti sistem BIOS, video BIOS, SCSI BIOS, dll yang berada di ROM (Read Only Memory) chip disebut firmware. Bayangan akibat firmware terjadi ketika BIOS disalin ke RAM alamat C0000h melalui DFFFFh. Video BIOS membebani ke dalam area memori C0000-C7FFF ketika bayangan video diaktifkan. Jika ekspansi perifer pada sistem berisi ROM berbasis firmware, perlu diketahui kisaran alamat ROM yang menempati bayangan ke area RAM yang benar. Peningkatan bayangan pada kinerja firmware dikarenakan firmware bisa dibaca oleh CPU melalui 16 - atau 32-bit bus DRAM sebagai lawan 8-bit XT bus. Namun, pembayangan juga hasil dari pengurangan jumlah memori yang tinggi (640 KB hingga 1 MB) untuk memuat driver perangkat. bayangan digunakan terutama untuk ROM chip pada kartu ISA dan tidak untuk kartu PCI. Pembayangan dan bermain game pada saat yang sama dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem karena beberapa mengakses permainan RAM area memori yang gelap.

CHIPSET SETUP
-->berisi manifacture standar nilai untuk mainboard.

1.      DRAM Settings: pengaturan pertama Chipset berurusan dengan akses CPU untuk dynamic random access memory (DRAM).
2.      SDRAM CAS Latency Time : Ketika DRAM sinkron terinstal, jumlah siklus clock CAS latency tergantung pada waktu DRAM.
3.      8-bit I/O Recovery Time & 16-bit I/O Recovery Time : digunakan untuk menambahkan pemulihan tambahan penundaan antara 8-bit dan di antara siklus 16-bit. Pilihan adalah 1 sampai 8 dan N / A.
4.      Memory Hole at 15M-16M : Mengaktifkan fungsi ini akan cadangan ruang alamat memori antara 15MB dan 16MB untuk kartu ekspansi ISA. Namun, memungkinkan fungsi ini akan menghasilkan dalam tidak memungkinkan sistem untuk memiliki akses ke memori di atas 16MB. Pengaturan standar Dinonaktifkan (disabled). Namun, beberapa kartu ekspansi memerlukan pengaturan ini harus diaktifkan(enabled).
5.      Flash BIOS Protection : melindungi Sistem BIOS dari kerusakan yang disengaja oleh pengguna yang tidak sah atau computer virus. Ketika diaktifkan, BIOS data tidak dapat diubah ketika mencoba untuk update BIOS dengan utilitas FLASH tersebut. Bila dinonaktifkan, BIOS data dapat diperbarui dengan menggunakan utilitas FLASH.
6.      Hardware Reset Protect : berguna untuk mencegah me-reset disengaja untuk server file dan router, dll, yang harus tersedia 24 jam / hari. Bila fungsi ini diaktifkan, tombol reset hardware PC tidak akan berfungsi. Saat dinonaktifkan, tombol reset hardware PC akan berfungsi secara normal.
7.      Auto Detect DIMM/PCI CLK : Ketika Enabled fungsi ini otomatis mendeteksi DIMM dan jam PCI selama sistem boot up.
8.     Spectrum Spread : Ketika Enabled fungsi ini akan menyebabkan EMI yang lebih rendah dengan menyebarkan system spektrum frekuensi. Untuk operasi normal, fungsi ini Disabled.

POWER MANAGEMENT SETUP
--> memberikan informasi mengenai fungsi manajemen Green PC power.
1.      Advanced Configuration Power Interface (ACPI): untuk mengontrol jumlah daya yang diberikan kepada setiap perangkat yang terpasang ke komputer. Dengan ACPI, sistem operasi bisa mematikan perangkat peripheral, seperti pemutar CD-ROM, ketika mereka tidak digunakan.
2.      Power Management : memungkinkan komputer untuk menghemat listrik bila tidak digunakan dengan memasukkan daya semakin dalam modus penghematan. Untuk keterangan Power saving mode (terlena, Siaga, dan Suspend) lihat deskripsi mereka di bawah ini:
  1. Max. Saving - Semua timer ditetapkan pada nilai minimum satu menit untuk memaksimalkan penghematan daya.
  2. Min. Saving - Semua timer ditetapkan pada nilai maksimum satu jam untuk minimal hemat daya.
  3. User Define - Pengguna dapat mengkonfigurasi timer ke waktu yang diinginkan menurut nilai yang tersedia.
3.      PM Control by APM : memungkinkan software selain BIOS untuk mengontrol Manajemen Power Aktifkan fitur fungsi ini di BIOS dan pastikan APM (Advanced Power Manajemen) ada.
4.      Video Off Method : berfungsi sebagai screen saver dan penghemat daya untuk monitor. Video Off After, untuk mengatur timer video.
5.      Blank - BIOS hanya akan kosong layar monitor. Listrik disimpan dalam mode ini diabaikan dan fungsi ini hanya digunakan sebagai screen saver untuk mencegah kerusakan layar saat layar aktif namun tidak digunakan.
6.      V / H SYNC + Blank - Sistem mematikan vertikal dan horizontal sinkronisasi port, menulis kosong ke buffer VGA dan monitor's pistol elektron dimatikan. Fungsi ini membutuhkan sebuah monitor dengan Green fitur dalam rangka mengambil keuntungan dari fungsi hemat daya. Jika fungsi ini diaktifkan tetapi tidak memiliki Green monitor, hasilnya akan sama dengan Blank. Fungsi ini berfungsi baik sebagai screen saver dan sebuah penghemat listrik.
7.      DPMS Supported - Pilih opsi ini jika kartu video mendukung Tampilan Signaling Manajemen Power (DPMS) standar (misalnya monitor yang mendukung fitur-fitur Green). Gunakan perangkat lunak yang disediakan oleh video subsistem untuk mengatur opsi manajemen listrik video.
8.      Video Off After : menentukan saat monitor masuk modus hemat daya. Sebagai petunjuk nama fungsi, monitor masuk modus hemat daya setelah event yang dipilih berakhir. Power Management fungsi harus diaktifkan.
9.      Modem Use IRQ : Jika komputer memiliki modem, gunakan fungsi ini untuk memberitahu BIOS, IRQ sedang diduduki oleh kartu modem. Ketika sistem dalam mode Hijau, modem memerlukan tugas IRQ untuk membangun sistem dan melakukan tugas-tugas. Tugas ini kompatibel dengan spesifikasi 1.2 APM dan akan digunakan dalam koordinasi dengan APM 1.2 sistem operasi yang sesuai.
10.  Doze Mode : Jika tidak ada interrupt yang terjadi dan timer tidur berakhir, system akan memasuki mode tertidur. Dalam mode terlena, jam CPU berjalan pada kecepatan yang lebih rendah sementara semua perangkat lainnya beroperasi secara normal.
11.  Standby Mode : Jika sistem berjalan dalam mode tertidur dan Standby timer berakhir, sistem akan memasuki modus siaga. Dalam modus siaga, drive hard disk dan monitor menutup menonaktifkan sementara semua perangkat lain masih beroperasi pada kecepatan penuh.
12.  Suspend Mode : Jika sistem berjalan dalam modus siaga dan timer Suspend berakhir, semua perangkat diatur oleh manajemen daya akan mematikan dan kecepatan CPU akan 0 MHz.
13.  HDD Power Down : Ketika waktu HDD idle telah berlalu, BIOS mengirimkan perintah ke hard disk untuk mematikan monitor. Mengatur waktu antara 1 dan 15 untuk menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu sebelum hard drive memasuki modus hemat daya.
14.  Throttle Duty Cycle : Ketika sistem masuk Doze mode, jam CPU berjalan hanya bagian dari waktu.
15.  Soft-Off by PWR-BTTN : Bila diatur ke Delay 4 Sec., Fungsi ini memungkinkan tombol daya untuk menempatkan system di Suspend, modus hemat daya. Bila diatur ke Instant fungsi-Off the Soft-Off by PWR-BTTN dinonaktifkan dan komputer berubah menjadi mati jika tombol power ditekan.
16.  CPUFAN Off In Suspend : Bila diaktifkan, fungsi ini mematikan kipas CPU ketika komputer dalam mode suspend.
17.  Power On By Modem : Bila diaktifkan, modem yang menerima panggilan wake up akan sampai sistem dari soft off dan mode hijau.
18.  Power On By Alarm : Bila diaktifkan, pengaturan ini memungkinkan sistem untuk menghidupkan kembali pada ditunjuk waktu bulan. Pengguna harus menetapkan tanggal bulan dan waktu hari ini. Fungsi ini hanya tersedia bila menggunakan catu daya dan ATX Perangkat Lunak Power-Off berfungsi untuk mematikan computer.
19.  Wake Up On LAN : Aktifkan pilihan ini menggunakan Wake Up On LAN.
20.  IRQ8 Break Suspend : Mengaktifkan pengaturan ini ternyata pemantauan IRQ8 (RealTime Clock) sehingga tidak membangunkan sistem dari mode Suspend
 
PNP/PCI CONFIGURATION
--> menyediakan informasi pengaturan IRQ dan DMA

1.      PNP OS Installed : terdapat pilihan Yes/No. Atur Yes ketika menginstal sebuah OS yang kompatibel PNP (seperti Windows 95)
2.      Resources Controlled By : Bila diatur ke Manual sistem BIOS akan mengacu pada item dalam menu setup untuk menugaskan IRQ & DMA. Bila diatur ke Otomatis sistem BIOS akan mengacu pada ESCD untuk semua informasi warisan.
3.      Reset Configuration Data : Ketika diaktifkan, sistem BIOS akan menghapus / reset ESCD selama POST. Setelah membersihkan ESCD, BIOS kemudian akan mengubah nilai item ini ke Dinonaktifkan. Jika tidak, data ESCD akan menjadi tidak berguna.
4.      IRQ#/DMA# assign to : Ketika sumber-sumber dikendalikan secara manual, dapat dilakukan penetapan setiap sistem interrupt & DMA channel untuk "Legacy ISA" atau "PCI / ISA PnP" kartu yang digunakan. Saat menggunakan Legacy ISA Card (non-PnP ISA card), silahkan set itu perlu sesuai sumber daya (INT #, DMA #) dari "PCI / ISA PnP" ke "Legacy ISA."
5.      Assign IRQ For VGA : memungkinkan BIOS untuk membuat IRQ yang tersedia untuk kartu VGA.
6.      Assign IRQ For USB : Diaktifkan ketika menggunakan USB. Jika tidak, menonaktifkan ini berfungsi untuk mengoptimalkan sumber daya Windows 95 IRQ untuk penggunaan IRQ lain. N / A (disabled.)
7.      Used MEM base addr : memberikan ruang memori (8K, 16K, 32K, 64K) untuk setiap perifer yang memiliki kebutuhan memori yang tinggi. Ini juga digunakan untuk menunjuk ruang memori untuk kartu warisan ISA. Pengaturan C800 ~ DC00 digunakan untuk untuk menunjuk titik di mana memori akan mulai digunakan. Pengaturan standar adalah N / A (disabled.).
8.      FDD IRQ Can Be Free : memungkinkan pengguna untuk memilih jika IRQ FDD yang bisa dibebaskan. The Setting default ini Ya dan ini tidak memungkinkan untuk bebas IRQ.

LOAD SETUP DEFAULTS
--> memuat sistem standar nilai secara langsung dari CMOS Setup Utility Menu. Jika rekaman yang tersimpan yang dibuat oleh program setup menjadi rusak dan karenanya tidak dapat digunakan, default-default ini akan dimuat secara otomatis ketika komputer dihidupkan.


SEEPU & HARDWARE MONITORING
1.      CPU Setup : Para produsen mainboard SeePU mengembangkan teknologi yang memungkinkan pengguna mengubah faktor jam mulfiplier CPU dan frekuensi CPU Bus di BIOS.
2.      Shutdown Temperature : Sistem akan shutdown saat pengaturan suhu tercapai, untuk mencegah sistem dari overheating.

INTEGRATED PERIPHERALS
-->menyediakan informasi tentang pengaturan perangkat peripheral.
1.      IDE HDD Block Mode : menentukan jumlah maksimum dari sektor-sektor yang dapat ditransfer pada suatu waktu.
2.      IDE Primary/Secondary Master/Slave PIO : memungkinkan pengaturan mode PIO (0 - 4) untuk setiap perangkat IDE bahwa interface PCI internal IDE mendukung. Mode 0 melalui 4 penyedia yang memberikan peningkatan kinerja secara berturut-turut. Dalam mode Otomatis, system secara otomatis menentukan mode yang terbaik untuk setiap perangkat.
3.      On-chip Primary/Secondary PCI IDE : jika akan menambhakan kinerja yang lebih tinggi IDE board, atur untuk keadaan disable kontroler IDE On-chip.
4.      USB Keyboard Support : aktifkan untuk operasi keyboard USB dalam sistem operasi. Bila menggunakan keyboard USB fungsi ini secara otomatis Diaktifkan selama boot terlepas dari setting di BIOS.
5.      GAMEPORT Support : aktifkan untuk menggunakan fungsi audio onboard.
6.      Onboard LAN Chip : aktifkan untuk menggunakan fungsi LAN onboard.
7.      Init Display First : memungkinkan pengguna untuk memilih antara slot AGP atau slot VGA untuk memulai Pertama ditampilkan.
8.      Power On Function : Set ke Button Only untuk mengontrol kekuatan sistem melalui tombol pada sistem. Set ke Mouse Klik untuk menghidupkan daya melalui mouse / 2 PS, dan set  ke Hot Key atau Password untuk menghidupkan daya melalui keyboard. Dengan Hot key dan Password putuskan di mana kunci akan menghidupkan power.
9.      Onboard FDC Controller : Pilih Diaktifkan jika sistem memiliki floppy disk controller (FDC) terpasang pada board sistem. Jika sistem tidak memiliki drive floppy, pilih disabled di field ini.
10.  COM2 Mode : Bila fungsi ini Diaktifkan, maka COM port akan diarahkan untuk mendukung Fungsi IR.
11.  Onboard Parallel Port : Pilih alamat LPT port logis dan sesuai menyela untuk fisik paralel port.
12.  Power Failure Recovery : Komputer yang menggunakan power supply ATX tidak bisa menghidupkan kembali setelah sumber daya ke komputer tiba-tiba gagal (pemadaman listrik misalnya). Mengaktifkan pengaturan ini akan memungkinkan sistem untuk selalu menghidupkan kembali setelah kegagalan  power.

SUPERVISOR PASSWORD & USER PASSWORD SETTING
Ada empat variabel yang berbeda yang mengontrol pengaturan password. Dua yang pertama adalah terletak di bawah fungsi Opsi Keamanan di BIOS Features Setup Menu. Bila fungsi Opsi Keamanan diatur ke Setup, password diperlukan untuk masuk BIOS dan mengubah pengaturan BIOS. Bila fungsi Opsi Securitiy diatur ke Sistem, password diperlukan untuk masuk baik BIOS dan computer sistem operasi (misalnya Windows 95) ditemukan pada drive boot. Variabel ketiga dan keempat adalah password user dan password supervisor dipilih di BIOS. Tujuan utama dari pengguna memisahkan dan supervisor adalah hanya mengizinkan pengawas untuk memiliki kontrol atas pengaturan di BIOS. Pengguna, pada sisi lain, hanya diperbolehkan untuk mengakses sistem operasi komputer dan perubahan yang password pengguna dalam BIOS. Perhatikan bahwa bila ada pengawas ada mengatur sandi, password user mengontrol akses ke semua pengaturan BIOS.

 

IDE HDD AUTO DETECTION--> mendeteksi jenis IDE hard disk dan parameter. Proses deteksi memakan waktu sekitar 5 detik untuk setiap drive fisik. Setelah utilitas mendeteksi disk drive, ketik Y dan tekan [Enter] untuk secara otomatis memuat parameter dalam Hard Disk bagian menu Standar CMOS setup. Jika tidak, biarkan pilihan set pada N dan tekan [Enter] atau [Esc] untuk melewatkan drive terdeteksi. Setelah mendeteksi hard drive (s), kembali ke menu Standar CMOS untuk memeriksa pengaturan.


SAVE AND EXIT SETUP
Menekan Y (untuk ya) diikuti dengan [Enter], nilai-nilai masuk dalam utilitas setup akan disimpan di memori CMOS dari BIOS chip.
                       EXIT WITHOUT SAVING
Menekan Y diikuti dengan [Enter] memungkinkan keluar dari Setup program tanpa merekam nilai-nilai baru atau mengubah yang lama.
BEEP CODES
Ketika komputer dihidupkan, BIOS akan mengontrol komputer dan melakukan P.O.S.T (Power On Self Test). Setelah POST selesai komputer akan mengeluarkan suara ‘BEEP’ satu kali beep pendek untuk mengetahui bahwa pengetesan sukses.
Tapi jika POST dari BIOS mengalami problem, yang dalam kondisi normal akan menampilkan visual error message di monitor. Jika problem terjadi sebelum BIOS inisialisasi video card atau video card tidak terdeteksi, maka BIOS akan mengeluarkan ‘BEEPS’ untuk mengetahui problem tersebut.
Arti dari ‘BEEP’ perlu diketahui sebagai acuan dalam memperbaikinya. Berikut ini tabel AMI, Phoenix dan Award BIOS beep codes.
1.        AMI (American Megatrends International) BIOS Beep Codes.
AMI BIOS menggunakan beep yang sama panjang dan berurutan. Error diketahui dari banyaknya beep. Contohnya 4 beeps mengindikasikan timer gagal.
BEEP CODE
MEANING
POSSIBLE CAUSE
1 Beep (No video)
Memory refresh failure
Bad memory
2 Beeps
Memory parity error
Bad memory
3 Beeps
Base 64K mem failure
Bad memory
4 Beeps
Timer not operational
Bad motherboard
5 Beeps
Processor error
Bad processor
6 Beeps
8042 Gate A20 failure
Bad CPU or Motherboard
7 Beeps
Processor exception
Bad processor
8 Beeps
Video memory error
Bad video card or memory
9 Beeps
ROM checksum error
Bad BIOS
10 Beeps
CMOS checksum error
Bad motherboard
11 Beeps
Cache memory bad
Bad CPU or motherboard
 
2.        Award BIOS Beep Codes
Award BIOS menggunakan beep dengan durasi yang berbeda. Beep panjang biasanya berdurasi 2 detik dan beep pendek berdurasi 1 detik. Selain itu Award BIOS, juga menggunakan frekuensi yang berbeda untuk masalah kritis, misalnya pada overheating CPU akan berbunyi beep frekuensi tinggi yang terus menerus pada saat komputer running.
BEEP CODE
MEANING
POSSIBLE CAUSE
1 Long, 2 Short
Video adapter failure
Bad video adapter
Repeating (Endless loop)
Memory error
Bad memory or bad connection
1 Long, 3 Short
Video adapter failure
Bad video adapter or memory
High freq. beeps (while running)
CPU is overheating
CPU fan failure
Repeating High, Low beeps
CPU failure
Bad processor
3.        Phoenix BIOS Beep Codes
Phoenix BIOS menggunakan beep code yang pasti untuk indikasi problem. Di tabel, tanda ‘-’ yang berarti pause diantara beep.
Contohnya : 1 – 1 – 2 adalah BEEP <pause> BEEP <pause> BEEP BEEP
BEEP CODE
MEANING
POSSIBLE CAUSE
1 – 1 – 2
CPU / motherboard failure
Bad CPU / motherboard
1 – 1 – 3
CMOS read/write failure
Bad motherboard
1 – 1 – 4
BIOS ROM failure
Bad BIOS chip
1 – 2 – 1
Timer failure
Bad motherboard
1 – 2 – 2
DMA failure
Bad motherboard
1 – 2 – 3
DMA failure
Bad motherboard
1 – 3 – 1
Memory refresh failure
Bad memory
1 – 3 – 2
64K memory failure
Bad memory
1 – 3 – 3
64K memory failure
Bad memory
1 – 3 – 4
64K memory failure
Bad memory
1 – 4 – 1
Address line failure
Bad memory
1 – 4 – 2
Parity error
Bad memory
1 – 4 – 3
Timer failure
Bad motherboard
1 – 4 – 4
NMI port failure
Bad motherboard
2 – 1 – 1
64K memory failure
Bad memory
2 – 1 – 2
64K memory failure
Bad memory
2 – 1 – 3
64K memory failure
Bad memory
2 – 1 – 4
64K memory failure
Bad memory
2 – 2 – 1
64K memory failure
Bad memory
2 – 2 – 2
64K memory failure
Bad memory
2 – 2 – 3
64K memory failure
Bad memory
2 – 2 – 4
64K memory failure
Bad memory
2 – 3 – 1
64K memory failure
Bad memory
2 – 3 – 2
64K memory failure
Bad memory
2 – 3 – 3
64K memory failure
Bad memory
2 – 3 – 4
64K memory failure
Bad memory
2 – 4 – 1
64K memory failure
Bad memory
2 – 4 – 2
64K memory failure
Bad memory
2 – 4 – 4
64K memory failure
Bad memory
2 – 4 – 4
64K memory failure
Bad memory
3 – 1 – 1
Slave DMA failure
Bad motherboard
3 – 1 – 2
Master DMA failure
Bad motherboard
3 – 1 – 3
Interrupt controller failure
Bad motherboard
3 – 1 -4
Slave IC failure
Bad motherboard
3 – 2 -2
Interrupt Controller failure
Bad motherboard
3 – 2 – 3
<RESERVED>
3 – 2 – 4
Keyboard control failure
Bad motherboard
3 – 3 – 1
CMOS batter failure
Bad CMOS battery
3 – 3 – 2
CMOS configuration error
Incorrect setting
3 – 3 – 3
<RESERVED>
3 – 3 – 4
Video memory failure
Bad video card or memory
3 – 4 – 1
Video init failure
Bad video card or memory
4 – 2 – 1
Timer failure
Bad motherboard
4 – 2 – 2
CMOS shutdown failure
Bad motherboard
4 – 2 – 3
Gate A20 failure
Bad motherboard
4 – 2 – 4
Unexpected interrupt
Bad processor
4 – 3 – 1
RAM test failure
Bad memory
4 – 3 – 3
Timer failure
Bad motherboard
4 – 3 – 4
RTC failure
Bad motherboard
4 – 4 – 1
Serial port failure
Bad motherboard
4 – 4 – 2
Parallel port failure
Bad motherboard
4 – 4 – 3
Coprocessor failure
Bad motherboard or CPU.
9 – 2 – 1
Video adapter incompatibility
Use a different brand of video card